Lebih dari Beton dan Baja Harapan di Tanah Jawara

Penulis : Letkol Arm Oke Kistiyanto. S. A. P
Mentari pagi membelai lembut Desa Silebu dan Sukajadi, Kabupaten Serang. Namun, semilir angin pagi tak mampu menghapus kesedihan yang membalut hati warga. Sebulan lamanya, para prajurit TNI telah menjadi bagian dari kehidupan mereka, menenun benang-benang harapan di atas kanvas kesederhanaan. Kini, saat perpisahan tiba, air mata menjadi saksi bisu ikatan batin yang terjalin begitu erat. Bayangan kendaraan hijau tua yang membelah jalan desa, membawa pergi para pahlawan tanpa tanda jasa, meninggalkan jejak rindu yang mendalam.

Seorang ibu, dengan kain batiknya yang memudar, memeluk erat Letkol Arm Oke Kistiyanto, Komandan Satgas TMMD. Air matanya membasahi pipi keriput, menetes di atas tanah yang kini telah berubah menjadi jalan mulus, jalan harapan yang menghubungkan mimpi-mimpi masa depan. Rumahnya, yang dulu rapuh diterpa angin dan hujan, kini berdiri kokoh, menawarkan pelukan hangat dan rasa aman yang tak pernah ia bayangkan.
Di tengah hamparan sawah, sumur bor bagai puisi kehidupan yang terukir. Air jernih mengalir, mencuci dahaga dan penyakit. Ibu-ibu tak lagi berjuang melawan derasnya sungai yang kotor, mereka kini menikmati kemudahan mandi dan mencuci, sebuah syair kehidupan yang baru. Senyum mereka, meskipun terbalut kesedihan, mencerminkan rasa syukur yang teramat dalam.

Anak-anak bermain riang di atas jembatan baru, sebuah jembatan yang menghubungkan bukan hanya dua desa, tetapi juga dua dunia: dunia masa lalu yang penuh keterbatasan, dan dunia masa depan yang penuh harapan. Tugu Satgas TMMD ke-124 berdiri megah, bagaikan monumen persahabatan yang abadi. Gelak tawa mereka, seakan simfoni kebahagiaan yang mengalun merdu, mengingatkan kita pada kebaikan yang telah ditanamkan para prajurit.

Letkol Arm Oke Kistiyanto, dengan mata yang berkaca-kaca, menatap wajah-wajah warga yang penuh haru. Ia merasakan ikatan yang tak terputus, ikatan hati yang terjalin di antara prajurit dan masyarakat. Bukan hanya bangunan fisik yang tercipta, tetapi juga sebuah karya seni kehidupan yang indah dan abadi. Perpisahan ini bagaikan syair perpisahan yang menyayat hati, namun jejak pengabdian mereka akan tetap terukir dalam lembaran sejarah Desa Silebu dan Sukajadi.

Mentari senja menari-nari di ufuk barat, melukiskan langit dengan warna-warna perpisahan yang syahdu. Satgas TMMD telah pergi, namun semangat pengabdian dan perubahan yang mereka bawa akan tetap hidup, menghiasi setiap sudut desa, menjadi warisan tak ternilai bagi generasi mendatang. Kenangan indah ini akan menjadi legenda yang abadi, diwariskan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.