Sempat Viral, Penolakan Pasien di RS. Drajat
Liputanbanten, Serang – Seorang pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal pada 7 November 2024 di kawasan Puri Anggrek Kota Serang memilih pulang atas permintaan sendiri setelah mendapat perawatan lanjutan di Rumah Sakit Drajat Prawiranegara (RSDP) pada 10 November 2024.
Pasien, seorang anak yang jatuh terbentur aspal saat dibonceng oleh ayahnya ketika menghindari lubang, awalnya mendapatkan penanganan awal di Rumah Sakit Hermina. Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mengalami pingsan, mual, muntah, atau nyeri kepala setelah kecelakaan.
Pasien kemudian dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSDP pada 9 November 2024 pukul 11.55 untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dilakukan terapi awal berupa pemberian Paracetamol 150 mg dan Cefotaxime 500 mg, hasil tes darah serta foto thorax dan CT-scan menunjukkan adanya fraktur inkomplit os frontalis bilateral, perdarahan subdural fossa frontalis kanan, dan cephal hematoma frontalis bilateral, sebagaimana disampaikan oleh dokter spesialis radiologi, dr. Susan Sp. Rad, pada pukul 17.49.
Pasien kemudian dirujuk ke dokter spesialis bedah saraf, dr. Ridwan Sp. Bs, yang memberikan rencana operasi bersama dokter spesialis bedah plastik, dr. Setia Agung Sp. Bp. Komunikasi antara tim medis berlangsung hingga dini hari, dengan rencana tindakan operasi dijadwalkan pada 11 November 2024.
Namun, pada 10 November 2024 pukul 16.00, ayah pasien memutuskan untuk membawa anaknya pulang atas permintaan sendiri setelah mendapatkan penjelasan dari dokter umum terkait rencana operasi. Hingga berita ini ditulis, pihak keluarga belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai alasan keputusan tersebut.
Plt Direktur RSDP Mujiyati Erianis menyatakan pihaknya telah memberikan layanan medis sesuai prosedur dan memastikan pasien memahami risiko serta manfaat dari tindakan operasi yang direncanakan.
“Kami menghormati keputusan keluarga, tetapi kami selalu siap jika pasien membutuhkan perawatan kembali, jadi tidak ada pihak kami menolak pasien Melinda,” tegasnya.
Pengambilan keputusan keluarga pasien dalam situasi medis kritis, sekaligus menegaskan perlunya komunikasi yang efektif antara tenaga medis dan keluarga pasien untuk memastikan tindakan terbaik bagi kesehatan pasien itu sangat penting dan pihak rumah sakit menghormati keputusan tersebut, tutup Mujiyati Erianis melalui via WhatsApp.