KKM 72 Uniba Desa Damping Ikuti Ruwat Bumi di Kampung Poponcol

0
IMG-20250822-WA0071

Liputanbanten.com//Serang,– Kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) 72 Universitas Bina Bangsa (Uniba) yang tengah melaksanakan pengabdian di Desa Damping, Kecamatan Pamarayan, turut serta dalam perayaan Ruwat Bumi yang digelar di Kampung Poponcol, Sabtu (16/08).

 

Mengangkat tema “Berbahagia dalam Berbudaya untuk Menjaga dan Melestarikan Nilai-Nilai Jati Diri Bangsa”, kegiatan ini menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas limpahan hasil bumi sekaligus ajang pelestarian budaya lokal. Acara berlangsung meriah dengan dihadiri Camat Pamarayan, perangkat desa, tokoh masyarakat, mahasiswa KKM, dan warga sekitar.

 

Rangkaian acara diawali dengan pawai obor keliling kampung, yang diikuti masyarakat bersama mahasiswa. Setelah itu dilanjutkan dengan Manakiban, Dzikir Saman, serta berbagai kegiatan doa bersama yang dipimpin para tokoh agama dan budaya setempat. Suasana semakin khidmat saat seluruh warga larut dalam lantunan doa, dzikir, serta kebersamaan yang penuh makna.

 

Pj Kepala Desa Damping, Bapak Darmin, S.Ip, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. “Tradisi Ruwat Bumi bukan sekadar ritual, tetapi wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat alam yang diberikan. Kehadiran KKM 72 Uniba juga menjadi bukti nyata sinergi mahasiswa dengan masyarakat dalam menjaga budaya dan kebersamaan,” ujarnya.

 

Sementara itu, Camat Pamarayan, Ibu Hj. Siti Komariah S.H., M.Si., dalam sambutannya sekaligus membuka acara secara resmi, menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal. “Ruwat Bumi adalah kearifan lokal yang harus terus kita rawat. Tradisi ini mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam dan Sang Pencipta. Dengan semangat kebersamaan, saya nyatakan kegiatan Ruwat Bumi 2025 resmi dibuka,” ucapnya.

 

Dari kalangan mahasiswa, M Faturohman selaku Ketua Kelompok KKM 72 Uniba turut menyampaikan pesan dan kesan. “Kami merasa bangga dapat ikut serta dalam kegiatan ini. Banyak pelajaran berharga yang kami dapatkan, khususnya tentang nilai kebersamaan dan gotong royong. Terima kasih atas sambutan hangat masyarakat Desa Damping. Semoga silaturahmi ini tetap terjaga meskipun masa KKM hampir selesai,” tuturnya.

 

Acara juga diisi dengan penjelasan budaya oleh Tokoh Kebudayaan, Bapak Sarden, S.Kom, yang menegaskan pentingnya menjaga tradisi. “Ruwat Bumi memiliki filosofi mendalam: manusia harus menjaga keseimbangan dengan alam. Jika budaya lokal hilang, maka hilang pula jati diri kita sebagai bangsa. Karena itu, generasi muda harus ikut melestarikannya,” jelasnya.

 

Sebagai penutup, Bapak Sarmin menyampaikan harapan agar generasi muda mampu menjaga dan melanjutkan tradisi luhur ini. “Ruwat Bumi adalah warisan yang telah dijaga turun-temurun. Semoga anak-anak muda Desa Damping dan sekitarnya dapat terus melestarikan budaya ini agar tidak hilang ditelan zaman,” pesannya.

 

Kegiatan Ruwat Bumi di Kampung Poponcol berlangsung khidmat, meriah, dan penuh kebersamaan. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur, tetapi juga sarana memperkuat jati diri bangsa melalui pelestarian budaya.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *