Memutus Siklus Kekerasan melalui Pendidikan Humanis

0
IMG-20250526-WA0001

LIPUTANBANTEN. COM//SERANG,–Kekerasan di dunia pendidikan seringkali muncul sebagai akibat dari pola berulang yang sulit diputus. Tanpa penanganan yang tepat, akar permasalahan ini terus menimbulkan konflik dan degradasi moral. Dalam konteks ini, pembelajaran sejarah dan pendekatan pendidikan yang humanis menjadi kunci untuk menghentikan siklus kekerasan yang merugikan semua pihak.

 

Kepada mahasiswa dan masyarakat setempat, Bonnie Triyana, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, mengajak masyarakat dan pelaku pendidikan untuk memandang lebih dalam mengenai akar masalah kekerasan yang terjadi selama ini.

 

Pesan tersebut disampaikan pada 29 Maret-2 April 2025 dalam reses di kecamatan Jiput, Rangkasbitung, Kalanganyar di Kabupaten Lebak serta kecamatan Menes dan Labuan di Kabupaten Pandengan, Provinsi Banten. Bonnie menekankan pentingnya pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan yang diambil dari sejarah sebagai landasan pendidikan masa kini.

 

“Kekerasan yang terus berulang di sekolah bukan hanya masalah perilaku, tetapi bagian dari siklus panjang yang sudah berlangsung secara turun-temurun. Kalau kita tidak memutusnya dengan cara yang tepat, kekerasan ini akan terus ada dan merusak masa depan anak-anak kita,” ungkap Bonnie.

 

Ia menambahkan, “Sejarah mengajarkan kita banyak hal tentang konsekuensi kekerasan. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang secara humanis, yang menghargai setiap individu dan mendorong penyelesaian konflik dengan cara yang damai dan bermartabat.”

 

Menurut Bonnie, pendidikan humanis yang menempatkan penghormatan dan empati sebagai fondasi, dapat membentuk karakter generasi muda yang lebih bijaksana dan mampu menghindari kekerasan. Ia juga mengingatkan agar para pendidik dan pemangku kebijakan tidak sekadar reaktif terhadap insiden, melainkan aktif membangun budaya sekolah yang inklusif dan penuh pengertian.

 

“Dengan berkaca pada sejarah dan mendidik secara humanis, kita punya kesempatan menghentikan siklus kekerasan yang sudah lama terjadi. Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan penuh kasih, bukan ladang konflik,” tegasnya.

 

Melalui pendekatan ini, diharapkan masa depan dunia pendidikan akan lebih cerah, dan anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang mengedepankan nilai kemanusiaan serta perdamaian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *