Tak ada Nama di Batu Nisan, Hanya Sunyi Menandai Pengorbanan

Liputanbanten.com – Aku pergi, berlatih paskibra, bukan demi nama, tapi demi negara. Meninggalkan rumah, ibu menangis, mengikat janji dalam peluk sunyi.
Kupikir aku akan pulang sebagai siswa kebanggaan, dengan bendera, hormat, dan penghargaan. Namun nasib menulis cerita kelam, aku tewas… kehormatanku pun dirampas diam-diam.
Bukan peluru penjajah yang membunuhku, tapi pengkhianatan oleh anak tetanggaku. Tubuhku rebah di tanah asing, tanpa pelukan kasih, namun pemakaman yang hening di perkebunan kelapa sawit.
Tak ada nama di batu nisan, hanya sunyi menandai pengorbanan. Kata “pahlawan” tak sudi disematkan, karena kehormatanku telah dilucuti tanpa kasihan oleh anak bangsaku sendiri.
Negara, mengapa diam saat aku diinjak? Padahal aku mati untukmu, tanpa mundur sesaat.
Tak pantaskah aku dikenang dengan benar, meski kehormatanku direnggut oleh orang dalam barisan yang berlaku kasar dan tidak mempunyai hati nurani.
Meski aku tewas dalam luka dan aib, jangan lupakan: aku pergi untuk negeri yang kucintai, meski negeri tak sudi membelaku kembali.
Cerita puisi ini di tulis dari kisah Diva Febriani anggota Paskibra yang sebelumnya dikabarkan hilang selama dua hari dan telah ditemukan tewas terkubur di perkebunan kelapa sawit di Desa Taluk, Kecamatan Natal.
Penulus : A. Nopriyadi